25Jenis baterai lampu jalan solar menjadi komponen paling krusial dalam sistem PJU tenaga surya, terutama untuk proyek pemerintah dan BUMN yang menuntut keandalan jangka panjang. Banyak proyek penerangan jalan terlihat berhasil di awal, namun bermasalah setelah satu atau dua tahun karena baterai cepat drop. Padahal, panel surya dan lampu LED masih berfungsi normal. Karena itu, memahami jenis baterai yang digunakan bukan sekadar urusan teknis, tetapi bagian dari strategi pengelolaan anggaran dan keberlanjutan infrastruktur.

Di Indonesia, kesalahan memilih baterai sering terjadi karena keputusan hanya didasarkan pada harga awal. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang karakteristik baterai membuat spesifikasi tender tidak selaras dengan kondisi lapangan. Oleh karena itu, penting bagi instansi, kontraktor, maupun pengelola proyek untuk mengenali tipe baterai utama yang digunakan pada lampu jalan solar sebelum menentukan pilihan.


Apa saja jenis baterai lampu jalan solar yang digunakan di Indonesia?

Sebagian besar sistem PJU tenaga surya di Indonesia menggunakan tiga jenis baterai, yaitu lead acid (aki basah), baterai gel, dan baterai lithium. Masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, serta keterbatasan yang berbeda. Perbedaan inilah yang sering menentukan apakah sebuah proyek akan bertahan lama atau justru menimbulkan biaya perbaikan berulang.

Baterai lead acid merupakan teknologi paling lama digunakan. Jenis ini bekerja dengan cairan elektrolit dan dikenal memiliki harga awal paling murah. Namun, baterai ini membutuhkan perawatan rutin dan sangat sensitif terhadap pola pengisian. Jika sering mengalami over-discharge, umur pakainya turun drastis. Karena itu, baterai lead acid kini jarang direkomendasikan untuk proyek baru, meskipun masih ditemukan pada instalasi lama di beberapa daerah.

Berikutnya adalah baterai gel, yang sebenarnya masih turunan dari lead acid, tetapi menggunakan elektrolit berbentuk gel. Keunggulannya terletak pada perawatan yang lebih minim dan risiko kebocoran yang lebih kecil. Baterai gel sempat menjadi standar pada banyak proyek PJU tenaga surya sekitar satu dekade lalu. Hingga saat ini, jenis ini masih dipakai pada proyek lama atau pengadaan dengan anggaran terbatas.

Sementara itu, baterai lithium, khususnya lithium LiFePO4, mulai mendominasi proyek-proyek baru. Baterai ini memiliki densitas energi tinggi, bobot lebih ringan, serta umur pakai jauh lebih panjang. Selain itu, baterai lithium lebih stabil untuk iklim tropis seperti Indonesia. Karena karakteristik tersebut, tren pengadaan nasional perlahan beralih ke lithium sebagai standar baru sistem penyimpanan energi PJU.

Peralihan ke lithium bukan tanpa alasan. Banyak instansi mulai menghitung total cost of ownership, bukan hanya harga beli. Ketika biaya perawatan, penggantian, dan risiko kegagalan sistem diperhitungkan, baterai lithium sering kali lebih ekonomis dalam jangka panjang.


Apa perbedaan baterai lithium dan baterai gel untuk PJU?

Perbedaan paling mencolok antara baterai lithium dan baterai gel terletak pada siklus hidup atau cycle life. Baterai gel umumnya memiliki siklus sekitar 500–800 kali. Artinya, setelah itu kapasitasnya menurun signifikan. Sebaliknya, baterai lithium LiFePO4 mampu mencapai 2.000 hingga 4.000 siklus, bahkan lebih, tergantung kualitas dan sistem pengisian. Dengan penggunaan harian pada lampu jalan solar, selisih ini sangat berpengaruh pada umur sistem.

Dari sisi efisiensi pengisian dan pengosongan, baterai lithium juga unggul. Efisiensinya bisa mencapai di atas 95 persen, sedangkan baterai gel rata-rata berada di kisaran 80–85 persen. Akibatnya, energi dari panel surya dapat dimanfaatkan lebih optimal. Selain itu, baterai lithium mampu mempertahankan tegangan lebih stabil, sehingga lampu tetap menyala terang sepanjang malam.

Risiko teknis dan keamanan juga menjadi pertimbangan penting. Baterai gel relatif aman, tetapi sensitif terhadap suhu tinggi dan overcharge. Jika sistem charge controller tidak optimal, baterai gel cepat mengalami degradasi. Baterai lithium LiFePO4 justru dikenal memiliki stabilitas termal yang baik dan lebih aman dibandingkan jenis lithium lain. Inilah alasan mengapa lithium LiFePO4 banyak direkomendasikan untuk proyek pemerintah dan BUMN.

Dalam konteks biaya operasional 10 tahun, perbedaan ini menjadi sangat signifikan. Baterai gel mungkin terlihat lebih murah di awal, tetapi biasanya perlu diganti setiap 2–4 tahun. Artinya, dalam 10 tahun, penggantian bisa dilakukan dua hingga tiga kali. Sebaliknya, baterai lithium umumnya mampu bertahan 8–10 tahun tanpa penggantian besar. Ketika dihitung secara keseluruhan, biaya total baterai lithium sering kali lebih rendah.

Menurut Ir. Dimas Prayogo, M.T., pakar energi terbarukan,
“Dalam sistem lampu jalan tenaga surya, baterai adalah penentu keandalan jangka panjang. Lithium LiFePO4 unggul karena efisiensinya tinggi, umur pakainya panjang, dan stabil di iklim tropis. Jika dihitung hingga 10 tahun, baterai ini justru lebih ekonomis dibandingkan baterai konvensional.”Hubungi kami

Selain aspek teknis, kebijakan nasional juga ikut mendorong perubahan. Banyak dokumen pengadaan kini mensyaratkan sistem yang minim perawatan dan memiliki umur pakai panjang. Hal ini sejalan dengan prinsip efisiensi anggaran dan keberlanjutan. Karena itu, baterai lithium semakin sering muncul dalam spesifikasi tender PJU tenaga surya.

Bagi instansi yang mengelola ratusan hingga ribuan titik lampu, pemilihan baterai bukan sekadar soal teknologi, melainkan juga soal reputasi dan tanggung jawab publik. Kesalahan spesifikasi dapat berujung pada lampu mati massal, keluhan masyarakat, hingga temuan audit. Sebaliknya, pemilihan baterai yang tepat mampu menjaga kinerja sistem sekaligus menghemat biaya operasional.

READ  Lampu pju tenaga surya terbaik

Pada akhirnya, pemahaman tentang jenis baterai lampu jalan solar membantu pengambil keputusan melihat gambaran besar proyek. Dengan mempertimbangkan karakteristik, siklus hidup, efisiensi, dan dampak biaya jangka panjang, instansi dapat menentukan solusi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan. Semua pertimbangan tersebut bermuara pada satu tujuan, yaitu memastikan sistem PJU tenaga surya berfungsi optimal, berkelanjutan, dan andal dengan jenis baterai lampu jalan solar yang tepat.

Jenis baterai lampu jalan solar kini semakin identik dengan teknologi lithium, khususnya LiFePO4, seiring meningkatnya tuntutan proyek pemerintah dan BUMN terhadap sistem yang andal dan minim perawatan. Pada tahap ini, banyak instansi mulai menyadari bahwa kegagalan PJU tenaga surya bukan terletak pada panel atau lampu LED, melainkan pada sistem penyimpanan energi yang tidak sesuai kebutuhan lapangan. Karena itu, pembahasan mengenai LiFePO4 dan perhitungan kapasitas baterai menjadi kunci penting dalam keberhasilan proyek.


Mengapa baterai LiFePO4 dianggap paling ideal untuk lampu jalan solar?

Kebutuhan instansi terhadap sistem yang minim maintenance membuat lithium LiFePO4 semakin diposisikan sebagai standar baru. Dari sisi kimia, LiFePO4 memiliki struktur kristal yang stabil. Stabilitas ini membuat reaksi kimia di dalam sel lebih terkendali dibandingkan baterai lithium generasi lama. Selain itu, risiko thermal runaway jauh lebih rendah, sehingga aman digunakan pada instalasi luar ruang seperti lampu jalan solar.

Keunggulan kimia tersebut berdampak langsung pada performa. Baterai LiFePO4 mampu mempertahankan kapasitas meskipun mengalami ribuan siklus charge-discharge. Dalam konteks PJU tenaga surya, hal ini berarti lampu dapat menyala konsisten setiap malam tanpa penurunan performa signifikan. Inilah alasan mengapa baterai lithium sering disebut sebagai solusi jangka panjang untuk proyek infrastruktur publik.

Dari pengalaman lapangan, umur pakai realistis baterai LiFePO4 berada di kisaran 8 hingga 10 tahun. Angka ini bukan sekadar klaim pabrikan, melainkan hasil implementasi di berbagai proyek pemerintah dan BUMN. Banyak titik PJU dengan baterai lithium masih beroperasi optimal setelah bertahun-tahun tanpa penggantian. Kondisi ini sangat kontras dengan baterai gel yang umumnya mulai drop setelah 3–4 tahun.

Stabilitas suhu juga menjadi faktor krusial. Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu siang hari yang tinggi dan kelembapan ekstrem. Baterai LiFePO4 dirancang untuk bekerja stabil pada rentang suhu yang luas. Hal ini membuatnya lebih tahan terhadap degradasi akibat panas, terutama ketika ditempatkan di dalam housing lampu atau box baterai yang terpapar sinar matahari langsung.

Dalam praktiknya, banyak proyek pemerintah dan BUMN mulai menjadikan LiFePO4 sebagai spesifikasi wajib. Penerapan ini dapat ditemukan pada proyek PJU di kawasan transportasi, jalan nasional, hingga area industri milik negara. Selain mendukung efisiensi biaya operasional, penggunaan baterai lithium juga sejalan dengan kebijakan energi hijau dan pengurangan emisi karbon.

Ada kecenderungan bahwa instansi yang sejak awal memilih baterai lithium menghadapi lebih sedikit komplain masyarakat. Lampu jarang mati mendadak, jadwal perawatan lebih longgar, dan anggaran pemeliharaan bisa ditekan. Dari sudut pandang pengelolaan proyek, kondisi ini memberikan ketenangan operasional sekaligus meningkatkan kredibilitas instansi di mata publik.


Bagaimana cara menentukan kapasitas baterai lampu jalan solar yang tepat?

Menentukan kapasitas baterai lampu jalan solar tidak bisa dilakukan dengan pendekatan kira-kira. Kesalahan menghitung Ah sering berujung pada lampu mati dini, terutama saat cuaca buruk. Karena itu, perhitungan harus berbasis kebutuhan nyata, bukan hanya mengikuti spesifikasi umum.

Hubungan antara watt lampu, jam nyala, dan kapasitas Ah menjadi dasar utama. Secara sederhana, kebutuhan energi dihitung dari daya lampu dikalikan durasi nyala. Misalnya, lampu 60 watt dengan waktu operasi 12 jam membutuhkan energi sekitar 720 Wh per malam. Dari angka ini, kapasitas baterai ditentukan dengan mempertimbangkan tegangan sistem dan faktor cadangan.

Selain itu, pengaruh cuaca dan lokasi geografis tidak boleh diabaikan. Daerah dengan intensitas hujan tinggi atau sering mendung membutuhkan kapasitas baterai lebih besar untuk menjaga kontinuitas nyala. Begitu pula wilayah timur Indonesia atau daerah pegunungan yang memiliki karakteristik penyinaran berbeda. Faktor-faktor ini menjelaskan mengapa kapasitas baterai yang ideal di satu daerah belum tentu cocok di daerah lain.

Standar perhitungan untuk desa dan kota juga bisa berbeda. Jalan desa dengan lalu lintas rendah mungkin cukup dengan durasi nyala tertentu, sedangkan jalan kota atau kawasan strategis memerlukan pencahayaan penuh sepanjang malam. Karena itu, spesifikasi baterai harus disesuaikan dengan fungsi jalan dan tingkat pelayanan yang diharapkan.

Untuk proyek skala besar, terdapat beberapa tips aman yang sering diterapkan:

  • Tambahkan cadangan kapasitas 20–30 persen dari kebutuhan minimum.

  • Gunakan baterai lithium dengan BMS (Battery Management System) berkualitas.

  • Pastikan perhitungan mempertimbangkan degradasi kapasitas dalam jangka panjang.

  • Sinkronkan kapasitas baterai dengan panel surya dan charge controller.

Pengalaman menunjukkan bahwa banyak proyek bermasalah bukan karena teknologi yang digunakan, melainkan karena perhitungan awal yang terlalu optimistis. Ketika kapasitas baterai dirancang pas-pasan, sistem tidak memiliki toleransi terhadap kondisi ekstrem. Sebaliknya, desain yang konservatif justru memberikan keandalan jangka panjang.

READ  Jual Tiang PJU Oktagonal 9 Meter

Di sisi lain, ada juga kecenderungan instansi memilih kapasitas terlalu besar tanpa dasar perhitungan yang jelas. Pendekatan ini memang aman, tetapi sering kali tidak efisien dari sisi anggaran. Dengan perhitungan yang tepat, keseimbangan antara biaya dan performa dapat tercapai.

Pada tahap inilah peran tim teknis menjadi penting. Analisis kebutuhan berbasis lokasi, cuaca, dan fungsi jalan membantu memastikan sistem PJU tenaga surya bekerja optimal. Dengan pendekatan ini, proyek tidak hanya memenuhi spesifikasi di atas kertas, tetapi juga andal di lapangan.

👉 Konsultasikan perhitungan kapasitas baterai PJU sesuai lokasi proyek Anda bersama tim teknis DBSN.Hubungi kami

Semua pertimbangan tersebut kembali menegaskan bahwa keberhasilan PJU tenaga surya sangat ditentukan oleh pemilihan teknologi dan perhitungan yang matang. Ketika LiFePO4 dipadukan dengan kapasitas baterai yang tepat, sistem mampu memberikan kinerja optimal, efisiensi anggaran, dan keberlanjutan jangka panjang melalui jenis baterai lampu jalan solar yang sesuai.

Jenis baterai lampu jalan solar sering menjadi penentu apakah sebuah proyek PJU tenaga surya mampu bertahan lama atau justru bermasalah sebelum lima tahun. Banyak proyek pemerintah dan BUMN terlihat berjalan normal di awal, tetapi mulai mengalami penurunan performa setelah beberapa tahun. Lampu menyala lebih singkat, intensitas cahaya menurun, hingga akhirnya mati total. Kondisi ini hampir selalu berkaitan dengan degradasi baterai yang tidak dipahami sejak tahap perencanaan.


Berapa umur baterai lampu jalan solar dan apa faktor penentunya?

Secara teori, setiap jenis baterai memiliki umur pakai yang berbeda. Baterai gel biasanya diklaim mampu bertahan 3–5 tahun, sementara baterai lithium LiFePO4 sering disebut memiliki umur hingga 10 tahun. Namun, umur teoritis ini tidak selalu sama dengan umur aktual di lapangan. Banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari pola pemakaian hingga kualitas instalasi.

Perbedaan antara umur teoritis dan umur aktual sering menjadi sumber kekecewaan. Umur teoritis dihitung dalam kondisi ideal, seperti suhu stabil dan pengisian yang sempurna. Di lapangan, kondisi jauh lebih kompleks. Cuaca ekstrem, beban lampu yang tidak konsisten, dan fluktuasi energi matahari membuat baterai bekerja lebih berat. Akibatnya, umur aktual sering lebih pendek jika sistem tidak dirancang dengan margin aman.

Salah satu faktor krusial adalah charge controller. Perangkat ini berfungsi mengatur aliran energi dari panel surya ke baterai dan dari baterai ke lampu. Charge controller yang tidak sesuai spesifikasi dapat menyebabkan overcharge atau over-discharge. Kedua kondisi ini mempercepat degradasi baterai. Pada sistem PJU tenaga surya modern, penggunaan MPPT charge controller yang kompatibel dengan baterai lithium menjadi standar untuk menjaga efisiensi dan umur pakai.

Kesalahan instalasi juga kerap menjadi penyebab utama kegagalan dini. Contohnya, kabel dengan ukuran tidak sesuai menimbulkan rugi-rugi energi dan panas berlebih. Selain itu, penempatan baterai di lokasi yang terpapar suhu tinggi tanpa ventilasi memadai mempercepat penurunan kapasitas. Kesalahan sederhana ini sering luput dari perhatian, tetapi dampaknya sangat besar dalam jangka panjang.

Untuk memperpanjang umur baterai lampu jalan solar, beberapa tips berikut sering diterapkan pada proyek yang sukses:

  • Gunakan baterai dengan kapasitas cadangan, tidak pas di batas minimum.

  • Pastikan charge controller sesuai dengan jenis baterai.

  • Lindungi baterai dari paparan panas ekstrem dan air.

  • Lakukan commissioning dan uji fungsi sebelum serah terima proyek.

Menurut Ir. Dimas Prayogo, M.T., pakar energi terbarukan,
“Umur baterai pada PJU tenaga surya sangat bergantung pada desain sistem secara keseluruhan. Baterai yang bagus bisa gagal lebih cepat jika charge controller dan instalasinya tidak tepat. Karena itu, pendekatan sistemik jauh lebih penting dibanding hanya memilih merek baterai.”


Apa standar baterai lampu jalan solar untuk proyek pemerintah?

Dalam proyek pemerintah dan BUMN, umur teknis saja tidak cukup. Sistem juga harus memenuhi standar regulasi agar tidak berisiko audit atau penolakan proyek. Salah satu aspek yang paling sering diperiksa adalah kesesuaian baterai dengan standar nasional.

Standar SNI dan TKDN menjadi rujukan utama. Baterai yang digunakan harus memenuhi spesifikasi keselamatan, kualitas material, dan kandungan lokal sesuai ketentuan. Untuk proyek pengadaan nasional, pemenuhan TKDN bukan hanya formalitas, tetapi syarat mutlak agar proyek dapat disetujui. Karena itu, pemilihan baterai harus mempertimbangkan aspek teknis sekaligus administratif.

Dalam dokumen tender, terdapat spesifikasi teknis yang hampir selalu diminta. Di antaranya adalah kapasitas baterai dalam Ah, jenis kimia baterai, siklus hidup minimum, serta sistem proteksi seperti BMS pada baterai lithium. Spesifikasi ini dirancang untuk memastikan baterai mampu mendukung operasi lampu jalan solar sesuai kebutuhan layanan publik.

Kesalahan spesifikasi di dokumen pengadaan sering terjadi ketika istilah teknis tidak ditulis secara jelas. Misalnya, hanya mencantumkan “baterai lithium” tanpa menyebutkan jenis LiFePO4. Kekaburan ini membuka celah bagi penggunaan baterai dengan kualitas lebih rendah. Akibatnya, proyek berisiko gagal atau bermasalah saat audit.

Di sinilah peran vendor menjadi sangat penting. Vendor yang berpengalaman tidak hanya menyediakan produk, tetapi juga membantu instansi memastikan compliance terhadap standar. Mulai dari pemilihan baterai yang sesuai SNI dan TKDN, hingga penyusunan spesifikasi teknis yang aman secara regulasi. Pendampingan ini membantu mengurangi risiko administratif sekaligus meningkatkan keberhasilan proyek.

READ  Mengapa Banyak Instansi Memilih Jual Tiang PJU Oktagonal Sidoarjo dari DBSN?

Tren teknologi baterai lampu jalan solar di Indonesia 2025–2030

Melihat ke depan, proyek PJU tenaga surya harus bersifat future-proof. Tren teknologi menunjukkan dominasi baterai lithium akan semakin kuat di proyek-proyek baru. Baterai gel dan lead acid diperkirakan hanya bertahan pada proyek lama atau penggunaan terbatas.

Selain dominasi lithium, integrasi smart system dan monitoring menjadi arah pengembangan berikutnya. Sistem monitoring memungkinkan instansi memantau kondisi baterai secara real-time, termasuk tegangan, suhu, dan status pengisian. Dengan data ini, potensi masalah dapat dideteksi lebih awal sebelum menyebabkan lampu mati.

Kebijakan TKDN dan energi hijau juga mendorong inovasi. Pemerintah semakin menekankan penggunaan produk lokal dengan kandungan teknologi ramah lingkungan. Baterai lithium dengan rantai pasok lokal dan sistem daur ulang menjadi topik yang mulai mendapat perhatian serius. Hal ini sejalan dengan target transisi energi nasional.

Prediksi arah pengadaan nasional menunjukkan bahwa spesifikasi baterai akan semakin detail dan ketat. Tender di masa depan kemungkinan besar mensyaratkan umur pakai minimum yang lebih panjang, integrasi sistem monitoring, serta kepatuhan penuh terhadap standar lingkungan. Instansi yang menyesuaikan diri sejak awal akan lebih siap menghadapi perubahan ini.

Dalam konteks tersebut, pemahaman menyeluruh tentang teknologi baterai bukan lagi nilai tambah, melainkan kebutuhan. Dengan mengikuti tren dan kebijakan, proyek PJU tenaga surya dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat sekaligus menjaga akuntabilitas anggaran publik.

👉 Unduh panduan spesifikasi baterai PJU untuk proyek pemerintah & BUMN langsung dari PJU Solar Cell Indonesia.Hubungi kami

Semua perkembangan ini menunjukkan bahwa keberhasilan proyek tidak hanya ditentukan oleh teknologi hari ini, tetapi juga kesiapan menghadapi masa depan. Dengan mengikuti standar, memahami faktor degradasi, dan mengantisipasi tren, instansi dapat memastikan sistem PJU tenaga surya berjalan optimal menggunakan jenis baterai lampu jalan solar yang tepat.

❓ Apa jenis baterai terbaik untuk lampu jalan solar?

Jenis baterai terbaik untuk lampu jalan solar saat ini adalah baterai lithium LiFePO4. Baterai ini memiliki umur pakai panjang, efisiensi tinggi, dan minim perawatan. Karena itu, banyak proyek pemerintah dan BUMN mulai menjadikannya standar utama dibanding baterai gel atau lead acid.


❓ Apa perbedaan baterai lithium dan baterai gel pada PJU?

Perbedaan utama terletak pada umur pakai dan efisiensi. Baterai lithium mampu bertahan hingga 8–10 tahun dengan efisiensi di atas 95%. Sementara itu, baterai gel umumnya hanya bertahan 3–5 tahun dan lebih sensitif terhadap suhu tinggi serta over-discharge.


❓ Berapa umur baterai lampu jalan solar yang normal?

Umur baterai lampu jalan solar bervariasi tergantung jenisnya.

  • Baterai gel: ±3–5 tahun

  • Baterai lithium LiFePO4: ±8–10 tahun

Namun, umur aktual sangat dipengaruhi desain sistem, charge controller, dan kondisi lingkungan.


❓ Mengapa banyak PJU tenaga surya mati sebelum 5 tahun?

Sebagian besar kegagalan disebabkan oleh salah pilih jenis baterai, perhitungan kapasitas Ah yang kurang tepat, serta instalasi yang tidak sesuai standar. Selain itu, penggunaan charge controller yang tidak kompatibel juga mempercepat degradasi baterai.


❓ Apakah baterai lampu jalan solar harus berstandar SNI?

Ya. Untuk proyek pemerintah dan BUMN, baterai lampu jalan solar wajib memenuhi standar SNI dan ketentuan TKDN. Standar ini penting untuk memastikan kualitas, keamanan, serta menghindari risiko penolakan atau temuan audit.


❓ Bagaimana cara menentukan kapasitas baterai PJU yang tepat?

Kapasitas baterai ditentukan berdasarkan:

  • Daya lampu (watt)

  • Lama nyala per malam (jam)

  • Kondisi cuaca dan lokasi geografis

Sebagai praktik aman, kapasitas baterai biasanya ditambah cadangan 20–30% agar lampu tetap menyala saat cuaca buruk.


❓ Apakah baterai lithium aman digunakan di luar ruangan?

Baterai lithium LiFePO4 tergolong sangat aman untuk penggunaan luar ruangan. Jenis ini memiliki stabilitas termal tinggi dan risiko kebakaran rendah, sehingga cocok untuk iklim tropis Indonesia dan pemasangan di lampu jalan solar.


❓ Apakah baterai PJU bisa diganti tanpa mengganti sistem lain?

Bisa, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati. Penggantian baterai harus mempertimbangkan:

  • Kesesuaian dengan charge controller

  • Tegangan sistem

  • Kapasitas panel surya

Jika tidak kompatibel, performa sistem justru bisa menurun.


❓ Mengapa proyek baru lebih memilih baterai lithium?

Karena baterai lithium menawarkan biaya operasional lebih rendah dalam jangka panjang, minim perawatan, dan mendukung kebijakan energi hijau. Selain itu, lithium lebih cocok untuk integrasi smart system dan monitoring jarak jauh.


❓ Apakah harga baterai lithium PJU lebih mahal?

Secara harga awal, baterai lithium memang lebih tinggi. Namun, jika dihitung selama 10 tahun, total biayanya sering kali lebih murah karena tidak perlu sering diganti dan biaya perawatannya rendah.


👉 Ingin memastikan jenis dan kapasitas baterai PJU yang paling tepat untuk proyek Anda? Konsultasikan kebutuhan teknis dan spesifikasi pengadaan bersama tim PJU Solar Cell Indonesia sekarang juga.Hubungi kami

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *