Jakarta, Kompas – Sharp Corporation Japan siap membangun pembangkit listrik tenaga surya kapasitas 100 megawatt dengan nilai investasi 300 juta dollar AS. Sebagai tahap awal, perusahaan itu berencana melaksanakan studi kelayakan potensi tenaga surya di Indonesia.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kardaya Warnika menyampaikan hal itu seusai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pengembangan energi matahari di Indonesia, akhir pekan lalu, di Jakarta.

Penandatanganan nota kesepahaman itu dilakukan Direktur Aneka EBT Kementerian ESDM Hasrul Laksmana Azahari, yang mewakili Kementerian ESDM, dan Executive Managing Officer and General Manager Pengembangan Bisnis Energi Matahari Sharp Corporation Motohiko Hayashi.

Penandatanganan nota kesepahaman itu untuk melakukan studi kelayakan bersama bidang energi matahari dan pemanfaatannya di Indonesia berdasarkan asas kesetaraan dan saling menguntungkan. Hal itu untuk mendapat gambaran kelayakan implementasi tenaga surya untuk pembangkit listrik.

Studi kelayakan itu direncanakan dilakukan selama 6 bulan untuk menentukan lokasi pembangunan PLTS. Hal ini disertai dengan pembangunan PLTS skala kecil 1-2 MW. Jika layak secara potensi dan keekonomian, Sharp akan membangun PLTS kapasitas 100 MW dan ditargetkan rampung dalam satu tahun.

Sementara pemerintah menyediakan data dan mempermudah izin bagi investor. ”Kami berencana memberi insentif agar investor membangun PLTS skala besar. Selama ini, PLTS yang dibangun berskala kecil,” ujarnya.

Kardaya menyatakan, kebutuhan dana pembangunan PLTS berkapasitas 1 MW mencapai 2,5-3 juta dollar AS. Sementara luas lahan yang dibutuhkan 2 hektar untuk 1 MW. Pihaknya menilai, lokasi pembangkit berbasis tenaga surya itu idealnya dibangun di daerah wisata yang butuh energi bersih.(EVY)

Write Your Review

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CART